MENINGKATNYA BANJIR AKIBAT
AKTIVITAS MANUSIA
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Masalah
Banjir hingga
saat ini menjadi masalah serius di berbagai daerah di Indonesia, yang
disebabkan oleh perubahan lingkungan oleh aktivitas manusia yang mempengaruhi
berbagai aspek lingkungan hidup. Sebelum lingkungan hidup menjadi rusak, banjir
di Indonesia jumlahnya sedikit, karena masih seimbangnya ekosistem yang ada
dilingkungan.
Perubahan lingkungan yang terjadi pada
lingkungan hidup manusia terjadi karena adanya gangguan terhadap keseimbang
alam karena sebagian dari komponen lingkungan menjadi berkurang fungsinya.
Perubahan ini mengakibatkan bertambahnya bencana banjir yang ada di Indonesia
setiap tahunnya. Perubahan yang terjadi misalnya, penebangan hutan secara liar
yang mengurangi fungsi hutan sebagai penahan air, akibatnya daya dukung hutan
menjadi berkurang. Pembangunan pemukiman dengan cara betonisasi mengakibatkan
air sulit meresap ke tanah, selain itu tumbuhan disekitarnya menjadi kekurangan
air. Pada tahun 2011 telah terjadi 129 kasus banjir. Pada awal tahun 2012
jumlah banjir bertambah sebanyak 91 kasus. Hal ini membuktikan bahwa terjadi
pertambahan kasus bencana banjir setiap tahunnya, yang disebabkan akibat
semakin rusaknya lingkungan hidup. Apabila bencana banjir setiap tahunnya
meningkat maka tidak menutup kemungkinan daratan akan tergenang air pada musim
penghujan.
Seharusnya dalam
menangani masalah ini, dibutuhkan kesadaran akan semua pihak apalagi masyarakat.
Supaya aktivitas negatif ini tidak terus dilakukan seperti perlu diadakan
kampanye untuk mencintai lingkungan, membuat resapan air di daerah pemukiman,
pelestarian hutan atau rehabilitasi hutan dengan berbagai macam tanaman yang
mampu menyimpan air dan masih banyak lagi. Badan-badan tertentu juga harus
bertanggung jawabdalam pelestarian lingkungan. Oleh karena itu karya tulis ini
akan membahas masalah meningkatnya bencana banjir beserta solusinya.
1.2 Rumusan Masalah
1.2.1 Apa yang dimaksud dengan banjir?
1.2.2 Apa yang dimaksud dengan lingkungan?
1.2.3 Adakah pengaruh rusaknya keseimbangan
lingkungan terhadap banjir?
1.2.4 Mengapa terjadi peningkatan bencana banjir
setiap tahunnya?
1.2.5 Apa dampak terjadinya banjir?
1.2.6 Bagaimana upaya yang dapat dilakukan untuk
menangani bencana banjir?
1.3 Tujuan Penelitian
1.3.1 Mendeskripsikan tentang banjir
1.3.2 Mendeskripsikan tentang lingkungan hidup
1.3.3 Mendeskripsikan pengaruh rusaknya keseimbangan
lingkungan terhadap banjir
1.3.4 Mendeskripsikan peningkatan bencana banjir
setiap tahunnya
1.3.5 Mendeskripsikan tentang dampak terjadinya
banjir
1.3.6 Mendeskripsikan upaya yang dapat dilakukan
untuk menangani bencana banjir
1.4 Manfaat Penelitian
1.4.1
Bagi Penulis : Karya tulis ini bermanfaat untuk melatih kreatifitas dalam
menuangkan gagasan pemikiran (ide-ide) tentang suatu kajian atau topik dari
ilmu-ilmu atau pengetahuan yang sudah dapat. Serta melatih untuk terbiasa menulis
atau mengolah sesuatu yang menjadi objek tulisan ilmiah.
1.4.2
Bagi Pembaca : Dengan karya tulis ini
masyarakat dapat mengetahui tentang penyebab banjir dan cara penanggulangannya.
Diharapkan masyarakat juga dapat ikut berpartisipasi dalam penanganan bencana
banjir.
1.4.3Bagi
Pemerintah: Diharapkan pemerintah lebih tanggap dalam penanggulangan bencana
yang setiap tahunnya meningkat. Dengan membuat peraturan yang lebih tegas,
memperbaiki insfrakstuktur di daerah aliran sungai, mengajak masyarakat untuk
ikut serta dalam menjaga lingkungan, melakukan reboisasi dan lain sebagainya.
BAB II
PEMBAHASAN
2.1
Pengertian Banjir
Sebuah banjir adalah peristiwa yang
terjadi ketika aliran air yang berlebihan merendam daratan. Uni Eropa mengartikan
banjir sebagai perendaman sementara oleh aliran air pada daratan yang biasanya
tidak terendam air. Dalam kamus besar bahasa Indonesia banjir diartikan berair
banyak dan deras pada musim hujan dan kadang-kadang meluap karena hujan yang
turun terus menerus sehingga air sungai itu mengalir deras ke daratan.
Banjir diakibatkan oleh volume air
disuatu badan air seperti sungai atau danau yang meluap atau menjebol bendungan
sehingga air keluar dari batasan alaminya. Inilah yang sering terjadi pada akhir-akhir
ini di Indonesia. Terutama pada beberapa tahun terakhir ini, banjir di
Indonesia jumlahnya mengalami peningkatan setiap tahunnya. Banyak masyarakat
yang kehilangan harta benda mereka, bahkan nyawa mereka karena banjir. Banjir
yang sering terjadi di Indonesia yaitu:
2.1.1 Banjir Karena Meluapnya Air
Sungai
Banjir
ini biasanya terjadi akibat dari sungai tidak mampu menampung aliran air yang
ada karena debit airnya sudah melebihi kapasitas. Jika sudah seperti itu air
akan mencari tempat lain. Tempat itu ada di kanan kiri sungai yang biasanya
merupakan daerah daratan banjir, meningkatnya volume air ini juga terjadi
akibat kiriman, bila curah hujan tinggi di hulu sungai maka luapan airnya akan
terjadi di hilir sungai.
2.1.2 Banjir Lokal
Banjir
ini terjadi karena air yang berlebihan ditempat itu dan meluap juga ditempat
itu. Pada saat curah hujan tinggi dilokasi setempat dimana kondisi tanah
dilokasi itu sulit menyerap air karena kondisi tanah itu padat, bisa juga
karena lembab dan daerah resapan airnya tinggal sedikit.
2.1.3
Banjir Akibat Pasang Surut Air Laut
Saat
air laut pasang ketinggian permukaan air laut akan meningkat, otomatis aliran
air dibagian muara sungai akan lebih lambat dibandingkan bila saat laut surut.
Selain melambat, air sungai yang sudah melebihi kapasitasnya akan menyebar ke
segalah arah dan terjadilah banjir.
2.2
Definisi Lingkungan Hidup
Lingkungan hidup sering disebut
sebagai lingkungan adalah istilah yang dapat mencakup segala makhluk hidup dan
tak hidup di alam yang ada di bumi atau bagian dari bumi, yang berfungsi secara
alami tanpa campur tangan manusia yang berlebihan. Lawan dari lingkungan hidup
adalah lingkungan buatan yang mencakup wilayah dan komponen-komponennya yang
banyak dipengaruhi oleh manusia.
Menurut Undang-Undang No 23 tahun
1997, lingkungan hidup adalah kesatuan ruang dengan semua benda, daya, keadaan,
dan makhluk hidup, termasuk manusia manusia dan perilakunya, yang mempengaruhi
kelangsungan perikehidupan dan kesejahteraan manusia serta makhluk hidup lain. Sedangkan
ruang lingkup lingkungan hidup Indonesia meliputi ruang tempat Negara Kesatuan
Republik Indonesia yang berwawasan Nusantara dalam melaksanakan kedaulatan, hak
berdaulat, dan yurisdiksinya.
Dalam
lingkungan hidup terdapat ekosistem, yaitu tatanan unsur lingkungan hidup yang
merupakan kesatuan utuh menyeluruh dan
saling mempengaruhi dalam bentuk keseimbangan, stabilitas, dan produktivitas
lingkungan hidup. Unsur-unsur lingkungan hidup dapat dibedakan menjadi tiga,
yaitu:
2.2.1 Unsur Hayati
Unsur
hayati (biotik) yaitu unsure lingkungan hidup yang terdiri dari makhluk hidup.
Sepertibmanusia, hewan, tumbuh-tumbuhan dan lain sebagainya.
2.2.2 Unsur Sosial Budaya
Unsur sosial budaya yaitu sosial dan budaya
yang dibuat manusia yang merupakan sistem nilai, gagasan dan keyakinan dalam
perilaku sebagai makhluk sosial. Kehidupan masyarakat dapat mencapai
keteraturan berkat adanya sistem nilai
dan norma yang diakui dan ditaati oleh segenap anggota masyarakat.
2.2.3 Unsur Fisik
Unsur Fisik (abiotik) yaitu unsur
lingkungan hidup yang terdiri dari benda-benda tidak hidup seperti tanah,
air,udara, iklim dan lain-lain. Keberadaan lingkungan fisik sangat besar
perannya bagi kelangsungan hidup segenap kehidupan dibumi.
2.3
Pengaruh Rusaknya Keseimbangan Lingkungan Terhadap Banjir
Keseimbangan lingkungan terjadi jika dalam kondisi alami
limgkungan dengan segala keragaman interaksi yang ada mampu untuk
menyeimbangkan keadaannya. Dengan kata lain lingkungan dikatakan seimbang bila
antara komponen biotik dan abiotiknya berada dalam komposisi yang proporsional
dan stabil. Keseimbangan lingkungan secara alami dapat berlangsung karena
beberapa hal, yaitu komponen-komponen
yang ada keterlibatan dalam aksi-reaksi dan berperan sesuai kondisi
keseimbangan, pemindahan energi (arus energi) dan siklus biogeokimia dapat
berlangsung. Keseimbangan lingkungan yang tidak statis, artinya dapat terjadi
penurunan dan kenaikan populasi tiap jenis tumbuhan dan hewan serta berbagai
komponen abiotik.
2.3.1 Keseimbangan lingkungan yang
Terganggu
Lingkungan
yang seimbang dapat terganggu. Untuk mengatasi gangguan tersebut lingkungan
yang seimbang mempunyai daya lenting. Daya lenting lingkungan adalah kemampuan
lingkungan untuk pulih kembali pada keadaan seimbang jika mengalami perubahan
atau gangguan. Keseimbangan lingkungan dapat terganggu bila terjadi pengurangan
fungsi dari komponen atau hilangnya sebagian komponen yang dapat menyebabkan
putusnya mata rantai dalam ekosistem. Keadaan yang sangat mempengaruhi
keseimbangan lingkungan adalah aktivitas manusia. Dengan akal dan pikirannya,
manusia dengan mudah mengubah suatu lingkungan. Hasilnya adalah terjadi
kerusakan dan ketidakseimbangan ekosistem suatu lingkungan. Lingkungan dapat
terganggu karena beberapa faktor yaitu:
2.3.1.1 Perubahan Keseimbangan Lingkungan
Akibat Faktor Manusia
Dalam
menjalankan kehidupannya, manusia membutuhkan 3 hal pokok yaitu sandang,
pangan, papan. Manusia dengan ilmu yang dimilikinya, mengembangkan teknologi
untuk memenuhi kebutuhan hidupnya. Akan tetapi, banyak manusia yang mengolah
alam dengan teknologi yang dibuat secara tidak terkendali, tanpa memikirkan
dampak terhadap keseimbangan lingkungan dan apa yang terjadi dengan masa depan.
Berikut ini adalah beberapa aktivitas manusia yang dapat mengubah keseimbangan
lingkungan.
2.3.1.1.1 Penebangan dan
Pembakaran Hutan
Hutan
merupakan paru-paru bumi. Kerusakan yang terjadi di hutan Indonesia merupakan
suatu kejadian yang sangat tidak menyenangkan bagi warga Negara Indonesia
karena fungsi hutan yaitu sebagai tempat resapan serta cadangan air tanah bagi
kehidupan makhluk hidup di bumi. Selain itu, hutan merupakan sumber daya alam
yang tidak ternilai karena didalamnya terkandung keanekaragaman hayati sebagai
sumber plasma nutfah, sumber hasil hutan kayu dan non-kayu, pencegah banjir dan
erosi serta kesuburan tanah, perlingdungan alam hayati untuk kepentingan ilmu
pengtahuan, kebudayaan, dan sebagainya. Karena itu pemanfaatan hutan dan
perlindungannya diatur dalam UUD 1945, UU No. 5 tahun 1990, UU No. 23 tahun
1997, UU No.41 tahun 1999, PP No. 28 tahun 1985 dan beberapa keputusan menteri
kehutanan serta beberapa keputusan Dirjen PHPA dan Dirjen Pengusahaan Hutan.
Namun gangguan terhadap sumber daya hutan terus berlangsung bahkan
intensitasnya semakin meningkat.
Kerusakan
hutan meliputi kebakaran hutan yang cukup besar seperti yang terjadi pada tahun
1997/1998 yang menimbulkan dampak yang cukup luas disamping kerugian kayu,
non-kayu, dan hewan. Kebakaran itu juga menimbulkan kabut juga mencemari
lingkungan dan meningkatkan gas rumah kaca. Kebakaran hutan dilakukan untuk
membuka lahan dan dijadikan tempat tinggal. Kerusakan hutan lainnya adalah
penebangan pohon untuk industri secara berlebihan. Akibatnya daerah resapan air
berkurang, dan suplai oksigen berkurang.
2.3.1.1.2 Kegiatan Pembangunan
Pembangunan jalan yang melewati hutan dapat
merusak lingkungan. Pohon-pohon yang menjadi tempat tinggal dan sumber makanan
hewan ditebang sehingga hewan tersebut terancam keberadaannya. Pembangunan
rumah diperbukitan maupun didaerah aliran air sungai sangat mengganggu
keseimbangan lingkungan. Pembangunan pemukiman pada daerah-daerah tersebut akan
memicu adanya banjir, karena air tidak dapat diserap oleh tanah dengan baik.
Selain itu pembangunan jalan kampung dan desa dengan cara betonisasi
mengakibatkan air sulit meresap kedalam tanah. Sebagai akibatnya, bila hujan
lebat memudahkan terjadinya banjir. Selain itu, tumbuhan disekitarnya menjadi
kekurangan air sehinnga tumbuhan tidak efektif melakukan fotosintesis.
2.3.1.1.3 Pengeboran dan Penambangan
Pengeboran minyak dan penambangan
mineral secara terbuka pun akan menimbulkan kerusakan lingkungan. Pengeboran
minyak dan pertambangan terbuka dapat mengurangi sumber daya alam dan mencemari
daerah sekitarnya. Misalnya lumpur lapindo yang terjadi di Sidoarjo, Jawa
Timur. Akibat kelalaian pihak PT. Lapindo ketika melakukan pengeboran gas yang
berlebih-lebihan mengakibatkan semburan lumpur menggenangi kawasan pemukiman,
pertanian, dan perindustrian ditiga kecamatan disekitarnya. Sehinnga
mengakibatkan keseimbangan lingkungan menjadi rusak.
2.3.1.1.4
Pembuangan Limbah dan Sampah
Sebagian besar aktivitas yang dilakukan
manusia menghasilkan sampah atau limbah. Sampah atau limbah merupakan salah
satu penyebab tidak seimbangnya lingkungan hidup, yang umumnya terdiri dari
komposisi sisa makanan, daun-daun, plastik, kain bekas, karet,dan lain-lain.
Bila dibuang dengan cara ditumpuk maka akan menimbulkan bau dan gas yang
berbahaya bagi kesehatan manusia. Bila dibakar menimbulkan pengotoran udara.
Masyarakat yang tinggal di daerah pinggiran sungai sering membuang sampah di
sungai yang mengakibatkan pendangkalan yang cepat. Jadi pada kenyataannya,
sampah telah mencemari tanah, badan air dan udara. Berdasarkan asalnya sampah
digolongkan dalam dua bagian yakni sampah organik dan sampah anorganik. Sampah
dihasilkan dari beberapa sumber utama antara lain:
2.3.1.1.4.1
Rumah tangga : sampah domestik yang dihasilkan berupa sisa makanan, bahan dan
peralatan yang sudah tidak terpakai lagi, bahan pembungkus, plastik dan
sebagainya.
2.3.1.1.4.2
Tempat perdagangan seperti pasar, supermarket, toko, warung. Samapah yang
dihasilkan berupa bahan dagang yang rusak, buah, sayur, dan sebagainya.
2.3.1.1.4.3
Industri : Sampah industri yang dihasilkan tergantung dari macam dan jumlah
bahan. Industri sering kali membuang limbah di sungai, sehingga menimbulkan
pencemaran lingkungan.
2.3.1.2.
Perubahan Keseimbangan Lingkungan Akibat Faktor Alam
Perubahan
lingkungan secara alami disebabkan oleh bencana alam. Berikut ini beberapa
contoh bencana alam yang mengakibatkan perubahan keseimbangan lingkungan antara
lain:
2.3.1.2.1
Tanah Longsor
Tanah
longsor adalah suatu peristiwa geologi yang terjadi karena pergerakan tanah
seperti jatuhnya bebatuan atau gumpalan besar tanah. Tanah longsor diakibatkan
oleh penebangan hutan yang tidak memperhatikan aturan sehingga daya resap air
ke dalam tanah berkurang,sehingga menyebabkan tanah mudah longsor.
2.3.1.2.2 Kebakaran Hutan di Musim
Kemarau
Kebakaran hutan di musim kemarau
mengakibatkan kerusakan dan matinya organisme di hutan tersebut. Sehingga
apabila hujan turun tidak ada daya resapa air dan terjadilah banjir.
2.3.1.2.3 Letusan Gunung Berapi
Letusan gunung merapi mengakibatkan
kawasan disekitarnya rusak. Dan keseimbangan lingkungan menjadi terganggu.
2.3.2 Keseimbangan Lingkungan yang
Belum Terganggu
Dalam suatu ekosistem yang masih alami dan belum terganggu akan
didapati adanya keseimbangan antara komponen-komponen penyusun ekosistem
tersebut. Berikut ini beberapa contoh lingkungan yang belum terganggu:
2.3.2.1 Udara di Daerah Pedesaan
Di daerah pedesaan udara masih cukup bersih dan sejuk, ,berbeda
dengan daerah perkotaan. Hal ini disebabkan karena perbedaan kondisi
lingkungan. Di kota-kota besar banyak kendaraan yang lalu lalang dan
mengeluarkan polusi disamping itu jumlah tumbuhan yang dapat menetralisir
kurang, karena lahan yang tersisa untuk tempat hidup pepohonan sangat sempit
dan terbatas. Hal ini jauh berbeda dengan di daerah pedesaan yang masih cukup
banyak pohon yang hidup. Hal tersebut membuat udara dipedesaan tetap sejuk dan
bersih, sehingga penduduk dan satwa-satwa yang menempati area tersebut tidak
terancam kehidupannya akibat gangguan udara. Di daerah pedesaan juga masih
jarang didirikan pabrik-pabrik industri,sehingga tidak ada pencemaran sungai
dan perairan.
2.3.2.2 Sungai yang Ada
di Pegunungan
Di
daerah aliran sungai pegunungan tidak terdapat pencemaran seperti yang terjadi
di kota-kota besar, karena di daerah bantaran sungai sangat jarang ditemui
pemukiman warga. Sehingga air sungai masih jernih karena tidak tercampur dengan
limbah.
2.4 Peningkatan Bencana Banjir
Di
Indonesia, khususnya di kota-kota besar tempat-tempat resapan air telah berubah
fungsi menjadi banguna bertingkat. Daerah Aliran Sungai (DAS) kini tidak
berfungsi dengan baik karena tertimbun oleh sampah yang dibuang masyarakat ke
aliran sungai. Kurangnya daerah hijau dan daerah aliran sungai yang kini tidak
dapat berfungsi secara baik yang sedikit menjadi penyebab terjadinya
peningkatan bencana banjir setiap tahunnya.
2.4.1
Distibusi Data-Data Banjir di Indonesia
Pada kuartal awal tahun
2012 ini telah terjadi sekitar 91 kasus Banjir di Indonesia, yang tersebar di
seluruh wilayah Indonesia. Sementara, jika dihitung dari pertengahan tahun
2011, telah terjadi sekitar 129 kasus banjir di Indonesia. Sebagian kasus juga
diikuti oleh peristiwa longsor.
Dari grafik diatas juga
bias dilihat, sejak tahun 1815-2012 sudah terjadi lebih dari 4000 kasus banjir
di Indonesia . Data diatas merupakan data yang dicatat oleh Badan Nasional
Penanggulangan Bencana (BNPB), belum termasuk kasus yang tidak tercatat oleh BNPB
di masa lalu disebabkan kurangnya jaringan informasi di masa lalu. Kemudian,
dari data lebih lanjut yang kami dapat distribusi kasus Banjir dan Longsor di
Indonesia dari tahun 1815-2012 adalah sebagai berikut:
Dapat dilihat, kasus
banjir paling banyak terjadi di pulau jawa. Dengan Jawa Tengah sebagai daerah
dengan jumlah kasus paling banyak. Sementara jumlah kasus banjir dalam decade
2002-2012 adalah sebagai berikut:
Data tersebut menunjukkan lebih dari 80% kasus banjir di
Indonesia dari tahun 1815-2012 terjadi dalam kurun waktu 10 tahun terakhir
mengalami peningkatan setiap tahunnya. Sementara data jumlah korban tewas
maupun luka-luka dalam decade 2002-2012 adalah sebagai berikut:
Dari grafik diatas, jumlah terparah dialami
oleh provinsi Sulawesi Selatan.
2.5 Dampak Banjir
2.5.1 Dampak Banjir untuk Lingkungan
Dampak banjir yang di
alami oleh setiap orang sangat-sangat merugikan apa lagi jika banjir itu
berlangsung sangat lama. Segala aktivitas masyarakat dapat terganggu,lingkungan
di sekitar masyarakat menjadi tidak nyaman dan dapat menimbulkan berbagai macam
penyakit.
Beberapa contoh dari
dampak banjir yang merugikan masyarakat
Banjir berdampak pada kesehatan manusia, semua warga yang terkena banjir kesehatannya dapat terganggu karena dapat menderita berbagai penyakit yang di sebabkan oleh banjir salah satunya penyakit gatal-gatal pada kulit karena di limgkungan sekitar yang terkena banjir akan tergenang banyak sampah-sampah dan lalat-lalat yang terbawa air dan membusuk. Banjir juga berdampak pada aktifitas manusia, bila banjir datang tempat tinggal mereka akan tergenang air, dan secara tidak langsung mereka akan susah untuk melakukan aktifitas keluar rumah dan semua pekerjaan mereka akan susah melakukan aktifitas keluar rumah dan semua pekerjaan mereka menjadi terganggu dan dapat menyebabkan kerugian.
Banjir berdampak pada kesehatan manusia, semua warga yang terkena banjir kesehatannya dapat terganggu karena dapat menderita berbagai penyakit yang di sebabkan oleh banjir salah satunya penyakit gatal-gatal pada kulit karena di limgkungan sekitar yang terkena banjir akan tergenang banyak sampah-sampah dan lalat-lalat yang terbawa air dan membusuk. Banjir juga berdampak pada aktifitas manusia, bila banjir datang tempat tinggal mereka akan tergenang air, dan secara tidak langsung mereka akan susah untuk melakukan aktifitas keluar rumah dan semua pekerjaan mereka akan susah melakukan aktifitas keluar rumah dan semua pekerjaan mereka menjadi terganggu dan dapat menyebabkan kerugian.
2.5.2 Dampak Banjir Secara Ekonomis
Banjir yang melanda
kota-kota besar di Indonesia, tentu saja memiliki dampak secara individu dan
masyarakat, serta memiliki konsekuensi social,ekonomi dan sebagainya.
Konsekuensi dari banjir ini sangat bervariasi tergantung pada lokasi dan
luasnya area banjir. Dampak langsung akibat banjir secara ekonomis
meliputi kerusakan property,rusaknya
jaringan komunikasi seperti pembangkit listrik, jalan dan jembatan, gangguan
terhadap sektor industri yang mengakibatkan hilangnya mata pencarian.
Kerusakan insfrastruktur
juga menyebabkan dampak jangka panjang seperti gangguan pasokan air bersih,
pasokan listrik, transportasi, komunikasi pendidikan dan perawatan kesehatan.
Banjir juga mengakibatkan harga pangan meningkat karena kurangnya pasokan
akibat gagal panen. Penurunan produktivitas lahan pada sentra-sentra pangan
seperti di Daerah aliran sungai Brantas, Citarum, dan penurunan kelangsungan
swasembada pangan di Indonesia.
2.6 Upaya yang dilakukan untuk Menangani Banjir
2.6.1 Sistem
Drainase Berwawasan Lingkungan
Fungsi sistem drainase
berwawasan lingkungan yaitu untuk pengendalian air, baik mengatasi banjir dan
kekeringan dengan melalui sumur resapan. Sumur resapan merupakan upaya
memperbesar resapan air hujan ke dalam tanah dan memperkecil aliran permukaan
sebagai penyebab banjir.
Upaya ini akan berfungsi
bila semua warga masyarakat sadar dan mau menerapkannya. Peran sumur resapan
akan tidak berarti bila hanya beberapa penduduk saja yang menerapkannya. Dapat
dibayangkan bila setiap penduduk suatu kawasan yang memiliki sejuta bangunan
mampu menerapkan sumur resapan. Masing-masing mampu meresapkan air satu kubik.
Dengan demikian sejuta kubik air akan masuk ke dalam tanah. Kawasan tersebut
dapat terhindar dari bahaya banjir dan mampu mengurangi masalah kekeringan pada
musim kemarau. Beberapa mafaat sumur resapan, antara lain:
2.6.1.1 Pengendali banjir, banyak
aliran permukaan yang dapat dikurangi melaluin sumur resapan. Misalnya, sebuah
kawasan yang jumlah rumahnya 1.000 buah,
jika masing-masing rumah membuat sumur resapan dengan volume 2m³ berarti dapat
mengurangi aliran permukaan sebesar 2.000m³ air.
2.6.1.2 Konservasi air tanah, peresapan air melalui
sumur resapan sangat penting karena adanya perubahan tata guna tanah di
permukaan bumi sebagai konsekuensi dari perkembangan penduduk dan perekonomian
masyarakat. Perubahan tata guna tanah tersebut akan menurunkan kemampuan tanah
yang tertutup oleh tembok, beton, aspal, dan bangunan lainnya yang tentunya
berdampak pada meningkatnya laju aliran permukaan. Penutupan permukaan tanah
oleh pemukiman dan fasilitas umum sangat besar dampaknya, setiap kali hujan
turun 30mm akan ada 225.000m³ air hujan yang tidak dapat meresap ke dalam
tanah. Jumlah ini akan berkumpul dengan aliran permukaan dari kawasan lain pada
lahan yang rendah sehingga dapat mengakibatkan banjir.
2.6.1.3 Menekan laju erosi, dengan
adanya penurunan aliran permukaan maka laju erosi pun akan menurun. Apabila
aliran permukaan turun, tanah-tanah yang tergerus dan terhanyut akan berkurang,
dampaknya aliran permukaan air hujan kecil dan erosi pun akan berkurang.
2.6.2 Upaya Pemanenan Air Hujan
Pemanenan-air-hujan dalam makna yang luas dapat didefinisikan
sebagai kegiatan pengumpulan runoff untuk penggunaan yang produktif. Runoff
dapat ditangkap dan dikulpulkan dari cucuran atap atau dari permukaan lahan,
atau dari sungai-sungai musiman. Sistem pemanenan air yang memanen runoff dari
atap-bangunan atau dari permukaan lahan termasuk dalam kategori “pemanenan air
hujan”, sedangkan semua system yang mengumpulkan runoff dari
sungai-sungai musiman dikelompokkan dalam kategori “pemanenan air banjir”.
Tujuan utama yang ingin dicapai adalah adanya pengaturan yang baik dalam
penanganan banjir melalui penyediaan fasilitas untuk meningkatkan infiltrasi
air hujan (infiltration facilities) dan mengatur penampungan air (detention
facilities) serta penyalurannya.
Beberapa
hal yang harus diperhatikan dalam penetapan ukuran/dimensi areal tangkapan
panen air huaj antara lain: pola hujan lokal (jumlah dan distribusinya),
panjang data hujan, koefisien aliran permukaan, kapasitas penyimpanan yang
diperlukan, dan pola kebutuhan air apabila akan dipergunakan untuk pemenuhan
kebutuhan air. Beberapa bentuk sistem pemanenan hujan yang sudah banyak
diaplikasikan antara lain:
2.6.2.1 Penampungan air yang
dilakukan disumbernya dengan cara menahan ditempat turunnya hujan. Air dapat
ditahan di sekitar atap, tempat parker, dan sebagainya.
2.6.2.2 OSD atau sistem penampungan
yang dikenal dengan istilah sumur resapan. OSD menahan aliran permukaan dari beberapa
bagian atau seluruh bagian dari pemukiman atau bangunan. Bentuk sumur resapan dapat berupa saluran
air, kolam penampungan air, penampungan air dari beton dan sebagainya.
BAB
III
PENUTUP
3.1 Simpulan
Banjir adalah peristiwa yang terjadi
ketika air yang berlebihan merendam daratan. Banjir diakibatkan oleh volume air
disuatu badan air seperti sungai atau danau yang meluap atau yang menjebol
bangunan sehingga air keluar dari batasan alaminya. Banjir yang sering terjadi
di Indonesia diakibatkan karena tidak seimbangnya lingkungan.
Lingkungan adalah istilah yang dapat
mencakup segala makhluk hidup dan tak hidup di alam yang ada di bumi yang
berfungsi untuk kelangsungan perikehidupan dan kesejahteraan manusia serta
makhluk hidup lainnya. Dalam lingkungan terdapat ekosistem, yaitu tatanan
unsure lingkungan hidup yang merupakan kesatuan utuh menyeluruh dan saling
mempengaruhi dalam bentuk keseimbangan, stabilitas, dan produktivitas.
Keseimbangan lingkungan terjadi jika
dalam kondisi alami lingkungan dengan segala keragaman interaksi yang ada mampu
untuk menyeimbangkan keadaannya. Lingkungan dikatakan seimbang apabila antara
komponen biotik dan abiotiknya berada dalam kondisi yang proporsional dan
stabil. Lingkungan yang seimbang dapat terganggu akiabta aktivitas manusia .
Misalnya pembakaran dan penebangan hutan, kegiatan pembangunan, pengeboran dan
penambangan, pembuangan limbah dan sampah. Hal inilah yang memicu terjadinya
peningkatan jumlah bencana banjir setiap tahunnya.
Tercatat oleh Badan Nasional
Penanggulangan Bencana (BNPB) sejak tahun 1815-2002 telah terjadi lebih dari
4000 kasus banjir di Indonesia, belum termasuk kasus yang tidak tercatat oleh
BNPB di masa lalu disebabkan kurangnya jaringan informasi di masa lalu. Pada
kuartal pertama tahun 2012 telah terjadi sektar 91 kasus banjir di Indonesia
yang tersebar diseluruh wilayah Indonesia. Sementara jika dihitung dari
pertengahan tahun 2011, telah terjadi sekitar 129 kasus banjir di Indonesia.
Banjir juga menimbulkan berbagai
macam dampak bagi kehidupan. Dampak dari banjir antara lain lingkungan yang
tergenang banjir akan menjadi rusak. Banjir juga mengakibatkan kerugian secara
ekonamis maupun psikologis.
Banjir dapat diminimalisasi yakni
dengan menerapkan sistem drainase yang berwawasan lingkungan. Sistem ini
berfungsi untuk pengendalian air guna mengatasi banjir dan kekeringan melalui
sumur resapan. Sumur resapan merupakan upaya memperbesar resapan air hujan
kedalam tanah dan memperkecil aliran permukaan sebagai penyebab banjir. Banjir
juga dapat diminimalisasi dengan upaya pemenenan air hujan yang berfungsi untuk
pengaturan dalam penanganan banjir melalui penyedia fasilitas untuk
meningkatkan infiltrasi air hujan dan mengatur penampungan air pada saat musim
penghujan tiba.
3.2
Saran
Berdasarkan pembahasan tersebut,
saran penulis terhadap meningkatnya jumlah banjir akibat aktivitas manusia
adalah sebagai berikut:
3.2.1 Kepada Masyarakat
Diharapkan masyarakat dapat ikut serta dalam menjaga
lingkungan sekitar seperti tidak membuang sampah ke sungai atau selokan,
menjaga kebersihan lingkungan dan tidak menutupi halaman depan rumah dengan
semen agar ada tempat untuk meresapnya air.
3.2.2
Kepada Pemerintah
Diharapkan kepada pemerintah agar
dapat membantu pengadaan daerah drainase dan aliran air dengan mempertahankan
dan merawat situ dan daerah sungai yang sudah ada. Pemerintah dapat
meningkatkan kesadaran masyarakat tentang pentingnya pencegahan banjir dengan
memberikan penyuluhan dan sosialisasi peraturan mengenai solusi penanganan
banjir dengan baik. Pemerintah dapat mendukung dengan mengadakan penghijauan
disetiap lahan hijau terbuka milik pemerintah maupun bukan. Pemerintah juga
dapat mendukung solusi penenganan banjir dengan menembah sarana dan prasarana
pembuangan sampah serta memperbanyak tempat sampah di tempat umum.
DAFTAR
PUSTAKA
Ahira, Anne._______. Cara Mencegah Banjir yang
Efektif. ________: http://www.anneahira.com
http://solusibanjirindonesia.wordpress.com/2012/05/01/data-data-dan-fakta-fakta-permasalahan-banjir-di-indonesia/
http//:www.bnpb.go.id
id.m.wikipedia.org/wiki/banjir
kamusbahasaIndonesia.org/banjir/mirip
kti.html
oswinjaya.blogspot.com
Sharpe, William E. and Swistock, Bryan., 2008,
Household Water Conservation, College of Agricultural Sciences, Agricultural
Research and Cooperative Extension College of Agricultural Sciences, The
Pennsylvania State University.
http://solusibanjirindonesia.wordpress.com/2012/04/29/saran-kami/